TUGAS
III
ILMU
SOSIAL DASAR
PRASANGKA,
DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME
DISUSUN
OLEH :
NAYLA
AZKA
15315016
FTSP
UNIVERSITAS GUNADARMA 2015
DOSEN
: EMILIANSYAH BANOWO
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya
layak tercurahkan kepada Allah SWT. , berkat
limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
berjudul PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME ini diajukan untuk memenuhi tugas ilmu budaya
dasar.
Penyusun
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu penyusunan ini,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan yang
mendasar. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini
dapat dipahami, dan memberikan informasi bagi pembaca. Sebelumnya penyusun
mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau kata yang kurang berkenan dalam
makalah ini.
Depok, Okteober 2015
Nayla
Azka
Daftar Isi :
Kata Pengantar ................................................................................................................... I
Daftar Isi............................................................................................................................... II
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................... 4
Bab II Pembahasan
2.1 Prasangka ........................................................................................................... 5
2.2 Diskriminasi ........................................................................................................ 6
2.3 Etnosentrisme ..................................................................................................... 6
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 8
3.2 Daftar Pustaka .................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku bangsa,adat istiadat, bahasa
daerah,serta agama yang berbeda beda. Keanekaragaman tersebut terdapat di
berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa
di Indonesia mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda beda. Kebiasaan hidup itu
menjadi budaya serta ciri khas suku bangsa tertentu.Keragaman tersebut di satu
sisi, kita mengakuinya sebagai khazanah budaya yang bernilai tinggi. Akan
tetapi di sisi lain,ketika dua karakter sosial dan budaya bertemu,
membuat mereka benar-benar menjadi dua suku berbeda, seperti air dan minyak,
Banyak pihak juga yang menilai bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan
masyarakat yang senang menduga-duga atau berprasangka.Penilaian itu tentu bukan
tanpa dasar.Saat ini masyarakat Indonesia memiliki kecurigaan yang akut terhadap
segala sesuatu yang berbeda atau dikenal dengan istilah heterophobia. Segala
sesuatu yang baru dan berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh
kecurigaan termasuk antar suku atau etnis. Kehadiran anggota kelompok yang
berbeda apalagi berlawanan akan dicurigai membawa misi-misiyang mengancam. Ada
juda yang diskriminatif, dan etnosentrisme.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dmaksud perbedaan?
2. Apa yang dimaksud diskriminasi?
3. Apa yang dimaksud etnosentrisme?
C.
Tujuan Masalah
Untuk
menetahui pengertian dari perbedaan, diskriminasi, dan etnosetrisme. Untuk
mengetahui perbedaan, diskriminasi, dan etnosentrisme di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Prasangka.
Prasangka sosial (social prejudice)
merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla sosial ini merupakan masalah yang
penting dibahas di dalam intergroup relation. Prasangka sosial atau juga
prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota
suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk di dalamnya para
anggotanya.
Beberapa
ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut :
a.
Feldman (1985)
Prasangka
sosial adalah sikap negatif terhadap kelompok sosial tertentu yang hanya
didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok itu.
b.
Mar’at (1981)
Prasangka
sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negative tetapi
dugaan itu lebih bersifat negative.
c.
Kimball Young
Prasangka
adalah mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang ditandai oleh
kuatnya ingroup dan outgroup.
d.
Sherif and Sherif
Prasangka
sosial adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari
norma mereka yang pasti kepada kelompok lain beserta anggotanya.
Dari pendapat-pendapat para ahli
tersebut mempunyai kecenderungan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap
negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain
atau kelompok lain.
2.
Diskriminasi.
Diskriminasi ialah perlakuan
pembedaan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung
terhadap orang atau kelompok dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur,
status sosial, status ekonomi, bahasa, keyakinan politik, atau karakteritik
yang lain.
Penyebab timbulnya Diskriminasi
·
Diskriminasi timbul akibat dari latar belakang sejarah.
·
Diskriminasi timbul akibat Perkembangan sosio-kultural dan
situasional.
·
Diskriminasi bersumber dari factor kepribadian.
·
Diskriminasi timbul akibat perbedaan keyakinan, kepercayaan
dan agama.
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan
diskriminasi
·
Perbaikan kondisi social ekonomi.
·
Perluasan kesempatan belajar.
·
Sikap terbuka dan sikap lapang.
Contoh Kasus Diskriminasi
Seorang anak pengusaha kaya serba di
“anak emaskan” di sekolahnya dan serba di dahulukan ketimbang anak seorang yang
biasa biasa saja.
3.
Etnosentrisme.
Etnosentrisme
adalah kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya
sendiri sebagai suatu yang prima, yang terbaik, mutlak dan
dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme nampaknya merupakan gelaja sosial yang bersifat universal dan
secara tidak sadar telah kita lakukan. Dengan demikian etosentrisme merupakan
kecenderungan tak sadar untuk menilai atau membandingkan budaya yang satu dan
yang lainnya. Etnosentrisme merupakan bisa dibilang dasar ideologi dari
chauvinisme pada saat era seorang Hittler karena menganggap bangsanya ( Jerman
) merupakan bangsa yang paling kuat, tangguh dan berkuasa.
Baik sifat diskriminasi dan etnosentrisme bisa dibilang merupakan bagian
dari masalah masalah sosial yang sebaiknya kita hindari karena dapat memecah
persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Etnosentrisme memiliki 2 tipe :
Etnosentrisme Fleksibel
Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini
dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara
tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya
mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang
budayanya.
Etnosentrisme Infleksibel
Etnosentrisme
ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki
atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak
mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
Contoh
Etnosentrisme di Indonesia :
Salah satu
contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat
Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara
sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk
akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan
kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan
menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun,
bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan
konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat.
Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara
masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman
atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat
Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya
terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak
ditentang oleh para ahli ilmu sosial.
Contoh yang lain adalah kebiasaan
memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut
masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal
yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap
sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.
BAB
III
KESIMPULAN
Prasangka,
diskriminasi, dan etnosentrisme tidak baik untuk kita dan lingkungan kita.
Sebaiknya kita menjauh dari perbuatan perbuatan seperti prasangka buruk,
diskriminasi, etnosentrisme dan kita harus saling menghargai terhadap sesama.
DAFTAR
PUSTAKA